Tingkah laku dan habitat ayam hutan

Ayam hutan merah hidup berkelompok membentuk suatu kumpulan yang paling besar di antara kerabatnya. Pejantan yang kuat dapat menguasai tiga sampai lima ekor betina. Pejantan muda hidup menyendiri atau membentuk kelompok sendiri sampai tiga ekor.
Ayam hutan merah dapat hidup sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, baik di daerah kering atau hutan lebat yang lembab. Sarang ayam hutan merah terletak di pohon-pohon. Jumlah telur setiap pembiakan paling banyak enam butir.
Ayam hutan merah mulai berganti bulu pada bulan Juni sampai September, dan mulai tumbuh kira-kira pada awal tahun. Makanannya berupa makanan segar yang tidak mengandung lemak. Ayam hutan yang dipelihara dapat menerima makanan berupa pelet, biji-bijian, hijauan, grit dan makanan tambahan lainnya (WALUYO dan SUGARDJITO, 1984; MUFARID, 1991).
Ayam hutan hijau merupakan unggas pesisir dan lembah-lembah yang hidup bergerombol di tepian hutan. Di siang hari, ayam ini biasa berkeliaran di rerumputan yang berbatu-batu, bersemak atau pepohonan perdu dan tidak jarang berkeliaran di dekat perkampungan terutama di persawahan atau ladang, di antara rumpun-rumpun bambu serta di antara semak-semak belukar. Setelah matahari terbenam ayam ini tidur sambil bertengger di atas dahan pepohonan. Walupun lebih menyukai iklim yang panas dan kering, namun kadang-kadang dapat ditemukan juga di tepi hutan pegunungan sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut (WOOD-GUSH,1971).
Secara umum kehidupan sosial ayam hutan hijau terbagi menjadi dua tipe, yaitu golongan soliter dan golongan yang membentuk kelompok. Golongan yang membentuk kelompok umumnya terdiri dari dua sampai sepuluh individu berbeda dengan ayam hutan lainnya, Gallus varius bersifat monogami (ARIFINSJAH, 1987).
Musim bertelur ayam hutan hijau sangat beragam, namun biasanya telur banyak ditemukan pada bulan Juni sampai Nopember (DELACOUR, 1977). Telur yang dihasilkan tiap satu periode enam sampai 12 butir (WOODGUSH,1971) yang diletakkan pada sarang terdiri dari ranting, daun-daun dan rerumputan yang disusun di atas tanah di bawah semaksemak atau pohon yang tidak terlalu tinggi. NISHIDA et al. (1985) melakukan observasi dan menemukan bahwa produksi telur ayam hutan hijau berkisar lima sampai tujuh butir dalam satu clutch.
Makanan ayam hutan hijau adalah bijibijian, rumput-rumputan, serangga, binatang kecil lainnya; seperti jangkrik, belalang dan lain lain (MUFARID, 1991). Aktivitas makan dilakukan pada pagi hari sampai pukul 07.30 dan sore hari sekitar pukul 15.30 sampai menjelang matahari terbenam (ARIFINSJAH, 1987).

Baca juga:

0 comments



Emoticon